DOWNLOAD...
Dear Rain
Sabtu, 11 Januari 2014
Undang Undang ASI Ekslusif
Asi ekslusif lagi gencar-gencarnya jadi program pemerintah.. Makanya penerintah punya Undang-undang tersendiri tentang ASI Ekslusif ini... Admin sediain Buat kamu... tengok di sini...>>>PP ASI eksklusif
SDKI Remaja
buat yang lagi bingung cari data referensi,,, admin punya data SDKI remaja....baca disini...untuk lebih lengkapnya...
PANDUAN DETEKSI DINI CA CERVIKS
panduan Deteksi dini kenker serviks,,, referensinya dari WHO lhoo... baca selengkapya disini yaa...Panduan deteksi dini kanker cerviks
MOLA HIDATIDOSA
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Seringkali wanita hamil mengalami abortus. abortus imminens merupakan
pengeluaran darah pervaginam pada usia kehamilan < 20 minggu, gejala yang dianggap sepele
serta memiliki manifestasi klinis berupa nyeri perut atau tidak nyeri sama
sekali membuat wanita terkadang tidak terlalu mengganggap itu adalah hal yang
serius. penyuluhan seta pendidikan tentang kelainan lamanya kehamilan yang
merujuk pada abortus ini juga masih sangat minim.
Penanganan abortus imminens ini pada umumnya adalah secara empiris. Abortus imminens sering terjadi dan
merupakan beban emosional yang serius, meningkatkan risiko keguguran, kelahiran
prematur, bayi dengan berat badan lahir rendah, kematian perinatal, perdarahan antepartum,
dan ketuban pecah dini, namun tidak ditemukan kenaikan risiko bayi lahir cacat.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengangkat masalah ini
dengan tujuan agar penatalaksanaan terhadap abortus imminens dapat terlaksana
dengan semestinya.
B. RUMUSAN
MASALAH
Dalam makalah
ini, materi yang akan dibahas mempunyai batasan batasan tertentu, didantaranya
:
a.
Apa itu
Definisi Abortus imminens ?
b. Penyebab Abortus imminens ?
c. Patologi Abortus imminens ?
d.
Tanda dan gejala Abortus imminens ?
e.
Diagnosis Abortus imminens ?
f. Komplikasi abortus Abortus imminens ?
g.
Pemeriksaan penunjang Abortus imminens ?
h.
Pencegahan Abortus imminens ?
i.
Penatalaksanaan aktif pada abortus imminens ?
j.
Prognosis Abortus imminens ?
C. TUJUAN
Tujuan umum :
Agar mahasiswa
mampu melakukan penatalaksanaan pada
abortus imminens sesuai dengan indikasi dan kondisi ibu
Tujuan khusus:
a.
Diharapkan mahasiswa
mampu melakukan pengumpulan data subjektif dan data objektif
b.
Diharapkan mahasiswa
mampu menegakkan diagnose pada abortus imminens
c.
Diharapkan mahasiswa
mampu merencanakan asuhan kebidanan pada abortus imminens
d.
Diharapkan mahasiswa
mampu melaksanakan panatalaksanaan
sesuai dengan indikasi abortus imminens
BAB
I
TINJAUAN
TEORI
PENDAHULUAN
Abortus
imminens merupakan komplikasi kehamilan tersering dan menyebabkan beban
emosional serius, terjadi satu dari lima kasus dan meningkatkan risiko
keguguran, kelahiran prematur, bayi berat badan lahir rendah (BBLR), kematian
perinatal, perdarahan antepartum, dan ketuban pecah dini (KPD) namun tidak
ditemukan kenaikan risiko bayi lahir cacat. Diagnosis abortus imminens
ditentukan karena terjadi perdarahan pada awal kehamilan melalui ostium uteri
eksternum, disertai nyeri perut sedikit atau tidak sama sekali, serviks
tertutup, dan janin masih hidup. Meskipun dokter umum maupun spesialis
kandungan sering melihat kondisi tersebut, penatalaksanaan abortus imminens
pada umumnya secara empiris. Tinjauan pustaka ini membahas bukti-bukti upaya
pencegahan,
DEFINISI
Abortus
imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan vaginal pada setengah awal
kehamilan.
Abortus
imminens ialah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu, dengan hasil konsepsi masih dalam uterus dan viabel, dan serviks
tertutup.
Abortus
imminens adalah wanita yang mengandung bayi hidup dengan usia kehamilan kurang
dari 24 minggu yang mengalami perdarahan vaginal dengan atau tanpa nyeri
abdomen ketika kondisi serviks masih tertutup.
abortus
imminens adalah terjadi perdarahan berccak yang menunjukkan ancaman bagi
kelangsungan suatu kehamilan. dan dalam kondisi ini kehamilan mungkin berlanjut
dan dipertahankan.
PENYEBAB
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi,
menyebabkan kematian janin atau cacat, penyebabnya antara lain:
a. Kelainan kromosom, misalnya lain
trisomi, poliploidi dan kelainan kromosom seks.
b. Endometrium kurang sempurna, biasanya
terjadi pada ibu hamil saat usia tua, dimana kondisi abnormal uterus dan
endokrin atau sindroma ovarium polikistik.
c. Pengaruh eksternal, misalnya radiasi,
virus, obat-obat, dan sebagainya dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun
lingkungan hidupnya dalam uterus, disebut teratogen.
d. uterus terlalu cepat teregang
(kehamilan ganda dan kehamilan mola)
2. Kelainan plasenta, misalnya endarteritis
terjadi dalam vili koriales dan menyebabkan oksigenasi plasenta terganggu,
sehingga mengganggu pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini dapat terjadi
sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.
3. Penyakit ibu, baik yang akut seperti
pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria, dan lain-lain, maupun
kronik seperti, anemia berat, keracunan, laparotomi, peritonitis umum, dan
penyakit menahun seperti brusellosis, mononukleosis infeksiosa, toksoplasmosis
4. Kelainan traktus genitalis, misalnya
retroversio uteri, mioma uteri, atau kelainan bawaan uterus. Terutama
retroversio uteri gravidi inkarserata atau mioma submukosa yang memegang
peranan penting. Sebab lain keguguran dalam trimester dua ialah serviks
inkompeten yang dapat disebabkan oleh kelemahan bawaan pada serviks, dilatasi
serviks berlebihan, konisasi, amputasi, atau robekan serviks yang luas yang
tidak dijahit.
5. antagonis rhesus, darah ibu yang
melalui plasenta marusak darah fetus, sehingga terjadi anemia pada fetus yang
berakibat meninggalnya fetus.
6. perangsangan pada ibu yang menyebabkan
uterus berkintraksi. misalnya sangat terkejut, obat obatan uterotonika,
ketakutan, laparotomi, dll. dan juga karena trauma langsung terhadap fetus
seperti selaput janin rusak karena instrument, benda dan obat obatan.
PATOLOGI
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam decidua
basalis, diikuti oleh nekrosis
jaringan di sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau
seluruhnya, sehingga merupakan
benda
asing didalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan isinya.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, hasil konsepsi
biasanya dikeluarkan seluruhnya,
karena vili koreales belum menembus desidua terlalu dalam, sedangkan pada kehamilan
8 sampai 14 minggu, telah
masuk
agak tinggi, karena plasenta tidak dikeluarkan secara utuh sehingga banyak terjadi
perdarahan.
Pada kehamilan 14 minggu keatas, yang umumnya bila
kantong ketuban pecah maka
disusul dengan pengeluaran janin dan plasenta yang telah lengkap terbentuk. Perdarahan
tidak banyak terjadi jika
plasenta
terlepas dengan lengkap.
Hasil
konsepsi pada abortus dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Ada kalanya janin tidak
tampak didalam kantong ketuban yang disebut blighted ovum, mungkin pula janin telah
mati lama disebut missed
abortion.
Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat, maka ovum akan
dikelilingi oleh kapsul gumpalan darah, isi uterus dinamakan mola kruenta. Bentuk
ini menjadi mola karneosa
apabila
pigmen darah diserap sehingga semuanya tampak seperti daging.
Pada janin yang telah meninggal dan tidak
dikeluarkan dapat terjadi proses mumifikasi: janin mengering dan menjadi agak
gepeng atau fetus compressus karena cairan amnion yang diserap. Dalam tingkat
lebih lanjut janin menjadi tipis seperti kertas perkamen atau fetus papiraseus.
Kemungkinan lain yang terjadi apabila janin yang meninggal tidak dikeluarkan
dari uterus yaitu terjadinya maserasi, kulit terkupas, tengkorak menjadi
lembek, dan seluruh janin berwarna kemerahmerahan (Sarwono, 2008).
TANDA DAN GEJALA
Adanya
perdarahan pada awal kehamilan melalui ostium uteri eksternum, disertai nyeri
perut ringan atau tidak sama sekali. Adanya gejala nyeri perut dan punggung
belakang yang semakin hari bertambah
buruk dengan atau tanpa kelemahan dan uterus membesar sesuai usia kehamilan.
DIAGNOSIS
a. Tanda dan gejala abortus imminens
b. Pemeriksaan dalam: serviks tertutup,
perdarahan dapat terlihat dari ostium, tidak ada kelainan pada serviks, tidak
terdapat nyeri goyang serviks atau adneksa
c. Tes kehamilan positif, dan
d. Pemeriksaan USG tampak janin masih
hidup.
KOMPLIKASI ABORTUS
Komplikasi yang berbahaya pada abortus adalah
perdarahan, perforasi,
infeksi, syok, dan gagal ginjal akut.
1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan
uterus dari sisasisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah.
Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan
pada waktunya.
2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat
terjadi terutama pada uterus dalam posisi hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa
ini, penderita pelu diamati dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera
dilakukan laparotomi, dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan
luka perforasi atau perlu histerektomi. Perforasi uterus pada abortus yang
dikerjakan oleh orang awam menimbulkan persolan gawat karena perlukaan uterus
biasanya luas, mungkin pula terjadi perlukaan pada kandung kemih atau usus.
Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparotomi harus
segera dilakukan untuk menentukan luasnya cedera, untuk selanjutnya mengambil
tindakan-tindakan seperlunya guna mengatasi komplikasi.
3. Infeksi
Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat
terjadi pada tiap abortus, tetapi biasanya ditemukan pada abortus inkompletus
dan lebih sering pada abortus buatan yang dikerjakan tanpa memperhatikan
asepsis dan antisepsis. Apabila infeksi menyebar lebih jauh, terjadilah
peritonitis umum atau sepsis, dengan kemungkinan diikuti oleh syok.
4. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena
perdarahan (syok hemoragik) dan infeksi berat (syok endoseptik). Gagal ginjal
akut yang persisten pada kasus abortus biasanya berasal dari efek infeksi dan
hipovolemik yang lebih dari satu. Bentuk syok bakterial yang sangat berat
sering disertai dengan kerusakan ginjal intensif. Setiap kali terjadi infeksi
klostridium yang disertai dengan komplikasi hemoglobenimia intensif, maka gagal
ginjal pasti terjadi. Pada keadaan ini, harus sudah menyusun rencana untuk
memulai dialysis yang efektif secara dini sebelum gangguan metabolik menjadi
berat (Cunningham, 2005).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Ultrasonografi (USG) Transvaginal Observasi
Denyut Jantung Janin
Pemeriksaan
USG transvaginal penting untuk menentukan apakah janin viabel atau non viabel
dan membedakan antara kehamilan intrauteri, ekstrauteri, mola, atau missedabortion.
Jika perdarahan berlanjut, ulangi pemeriksaan USG dalam tujuh hari kemudian untuk
mengetahui viabilitas janin. Jika hasil pemeriksaan meragukan, pemeriksaan
dapat diulang 1-2 minggu kemudian. USG dapat digunakan untuk mengetahui prognosis.
Pada umur kehamilan tujuh minggu, fetal pole dan aktifi tas jantung
janin dapat terlihat. Aktivitas jantung seharusnya tampak dengan USG saat
panjang fetal pole minimal lima milimeter. Bila kantong gestasi terlihat,
keguguran dapat terjadi pada 11,5% pasien. Kantong gestasi kosong dengan
diameter 15mm pada usia tujuh minggu dan 21mm pada usia gestasi delapan minggu memiliki
angka keguguran 90,8%.1 Apabila terdapat yolk sac, angka keguguran 8,5%;
dengan embrio 5mm, angka keguguran adalah 7,2%; dengan embrio 6-10mm angka keguguran
3,2%; dan apabila embrio 10mm, angka keguguran hanya 0,5%. Angka keguguran
setelah kehamilan 14 minggu kurang lebih 2,0%. Pemeriksaan ukuran kantong
gestasi transvaginal berguna untuk menentukan viabilitas kehamilan intrauteri.
Diameter kantong rata-rata lebih dari 13mm tanpa yolk sac atau diameter rata-rata
lebih dari 17mm tanpa mudigah diprediksikan nonviabilitas pada semua kasus
dengan spesifi sitas dan nilai
prediksi positif 100%. Adanya hematoma subkorionik tidak berhubungan dengan
prognosis buruk. Bradikardia janin dan perbedaan antara usia kehamilan
berdasarkan HPHT dengan hasil pemeriksaan USG menunjukkan prognosis buruk. Data
prospektif menyebutkan, bahwa jika terdapat satu diantara tiga faktor risiko (bradikardia
janin, perbedaan antara kantung kehamilan dengan panjang crown to rump,
dan perbedaan antara usia kehamilan berdasarkan HPHT dan pemeriksaan USG lebih
dari satu minggu) meningkatkan presentase kejadian keguguran dari 6% menjadi 84%.
Penelitian prospektif pada umumnya menunjukkan presentase kejadian keguguran
3,4-5,5% jika perdarahan terjadi setelah jantung janin mulai beraktivitas, dan
identifi kasi aktivitas jantung janin dengan USG di pelayanan kesehatan primer
memberikan presentase berlanjutnya kehamilan hingga lebih dari 20 minggu
sebesar 97%.
BIOKIMIA SERUM IBU
Kadar human chorionic gonadotropin (hCG)
kuantitatif serial
Evaluasi
harus mencakup pemeriksaan hCG serial kecuali pasien mengalami kehamilan intauterin
yang terdokumentasi dengan USG, untuk mengeliminasi kemungkinan kehamilan ektopik.
Kadar hCG kuantitatif serial diulang setelah 48 jam digunakan untuk
mendiagnosis kehamilan ektopik, mola, abortus imminens, dan missed abortion.
Kadar hCG serum wanita hamil yang mengalami keguguran diawali dengan gejala
abortus imminens pada trimester pertama, lebih rendah dibandingkan wanita hamil
dengan gejala abortus imminens yang kehamilannya berlanjut atau dengan wanita
hamil tanpa gejala abortus imminens. Sebuah penelitian prospektif menunjukkan bahwa
nilai batas β hCG bebas 20 ng/ml dapat digunakan untuk membedakan antara normal
(kontrol dan abortus imminens namun kehamilan berlanjut) dan abnormal (abortus imminens
yang mengalami keguguran dan kehamilan tuba), dengan sensitifi tas angka
prediksi positif 88,3% dan 82,6%. Rasio bioaktif serum imunoreaktif hCG, pada wanita
yang mengalami abortus imminens namun kehamilannya berlanjut, lebih tinggi dibandingkan
pada wanita yang akhirnya mengalami keguguran. Namun penelitian hanya melibatkan
24 wanita dengan abortus imminens dan tidak memberikan data tentang aktivitas
jantung janin.
Kadar hormon
progesteron relatif stabil pada trimester pertama, sehingga pemeriksaan
tunggal dapat digunakan untuk
menentukan apakah kehamilan viabel; kadar kurang dari 5 ng/mL menunjukkan
prognosis kegagalan kehamilan dengan sensitivitas 60%, sedangkan nilai 20 mg/mL
menunjukkan kehamilan yang viabel dengan sensitivitas 100%.1,8
PENCEGAHAN
1. Vitamin, diduga mengonsumsi vitamin sebelum
atau selama awal kehamilan dapat mengurangi risiko keguguran, namun dari 28
percobaan yang dilakukan ternyata hal tersebut tidak terbukti.
2. Antenatal care (ANC), disebut juga prenatal care,
merupakan intervensi lengkap pada wanita hamil yang bertujuan untuk mencegah atau
mengidentifi kasi dan mengobati kondisi yang mengancam kesehatan fetus/bayi
baru lahir dan/atau ibu, dan membantu wanita dalam menghadapi kehamilan dan
kelahiran sebagai pengalaman yang menyenangkan. Penelitian observasional
menunjukkan bahwa ANC mencegah masalah kesehatan pada ibu dan bayi. Pada suatu
penelitian menunjukkan, kurangnya kunjungan rutin ibu hamil dengan risiko
rendah tidak meningkatkan risiko komplikasi kehamilan namun hanya menurunkan
kepuasan pasien. Perdarahan pada kehamilan disebabkan oleh banyak faktor yang
dapat didentifi kasi dari riwayat kehamilan terdahulu melalui konseling dan anamnesis.
Pada penelitian Herbst, dkk (2003), ibu hamil yang tidak melakukan ANC memiliki
risiko dua kali lipat untuk mengalami risiko kelahiran premature.
PENATALAKSANAAN AKTIF PADA ABORTUS
IMMINENS
Efektivitas
penatalaksanaan aktif masih dipertanyakan, karena umumnya penyebab abortus
imminens adalah kromosom abnormal pada janin. Meskipun banyak penelitian menyatakan
tidak ada terapi yang efektif untuk abortus imminens, penatalaksanaan aktif
pada umumnya terdiri atas:
1. Tirah Baring
Tirah baring merupakan unsur penting dalam pengobatan abortus
imminens karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan
berkurangnya rangsang mekanik.Pada suatu penelitian, 1228 dari 1279 (96%) dokter
umum meresepkan istirahat pada perdarahan hebat yang terjadi pada awal kehamilan,
meskipun hanya delapan dari mereka yang merasa hal tersebut perlu, dan hanya
satu dari tiga orang yang yakin hal tersebut bekerja baik.
Sebuah penelitian randomised controlled trial (RCT)
tentang efek tirah baring pada abortus imminens menyebutkan bahwa 61 wanita hamil
yang mengalami perdarahan pada usia kehamilan kurang dari delapan minggu yang viabel,
secara acak diberi perlakuan berbeda yaitu injeksi hCG, plasebo atau tirah
baring. Persentase terjadinya keguguran dari ketiga perlakuan tersebut
masing-masing 30%, 48%, and 75%. Perbedaan signifikan tampak antara kelompok
injeksi hCG dan tirah baring namun perbedaan antara kelompok injeksi hCG dan
plasebo atau antara kelompok placebo dan tirah baring tidak signifikan.
Meskipun pada penelitian tersebut hCG menunjukkan hasil lebih baik dibandingkan
tirah baring, namun ada kemungkinan terjadi sindrom hiperstimulasi ovarium, dan
mengingat terjadinya abortus imminens dipengaruhi banyak faktor, tidak relevan
dengan fungsi luteal, menjadikan hal tersebut sebagai pertimbangan untuk tidak
melanjutkan penelitian tentang penggunaan hCG. Dalam sebuah penelitian
retrospektif pada 226 wanita yang dirawat di RS dengan keluhan akibat
kehamilannya dan abortus imminens, 16% dari 146 wanita yang melakukan tirah baring
mengalami keguguran, dibandingkan dengan seperlima wanita yang tidak melakukan
tirah baring. Sebaliknya, sebuah studi kohort observasional terbaru dari 230 wanita
dengan abortus imminens yang direkomendasikan tirah baring menunjukkan bahwa
9,9% mengalami keguguran dan 23,3% baik-baik saja (p=0,03). Lamanya perdarahan vagina,
ukuran hematoma dan usia kehamilan saat diagnosis tidak mempengaruhi tingkat terjadinya
keguguran. Meskipun tidak ada bukti pasti bahwa istirahat dapat mempengaruhi jalannya
kehamilan, membatasi aktivitas selama beberapa hari dapat membantu wanita merasa
lebih aman, sehingga memberikan pengaruh emosional. Dosisnya 24-48 jam diikuti
dengan tidak melakukan aktivitas berat, namun tidak perlu membatasi aktivitas
ringan sehari-hari.
2. Abstinensia
Abstinensia
sering kali dianjurkan dalam penanganan abortus imminens, karena pada saat
berhubungan seksual, oksitoksin disekresi oleh puting atau akibat stimulasi
klitoris, selain itu prostaglandin E dalam semen dapat mempercepat pematangan
serviks dan meningkatkan kolonisasi mikroorganisme di vagina.
3. Progestogen
Progestogen
merupakan substansi yang memiliki aktivitas progestasional atau memiliki efek
progesteron, diresepkan pada 13-40% wanita dengan abortus imminens.Progesteron
merupakan produk utama korpus luteum dan berperan penting pada persiapan uterus
untuk implantasi, mempertahankan serta memelihara kehamilan. Sekresi progesteron
yang tidak adekuat pada awal kehamilan diduga sebagai salah satu penyebab
keguguran sehingga suplementasi progesteron sebagai terapi abortus imminens diduga
dapat mencegah keguguran, karena fungsinya yang diharapkan dapat menyokong defisiensi
korpus luteum gravidarum dan
membuat uterus relaksasi. Sebagian
besar ahli tidak setuju namun mereka yang setuju menyatakan bahwa harus
ditentukan dahulu adanya kekurangan hormon progesteron.
Salah satu
preparat progestogen adalah dydrogesterone, Meskipun tidak ada bukti kuat tentang manfaatnya
namun progestogen disebutkan dapat menurunkan kontraksi uterus lebih
cepat daripada tirah baring, terlepas dari
kemungkinan bahwa pemakaiannya pada abortus imminens mungkin dapat menyebabkan missed
abortion, progestogen pada penatalaksanaan abortus imminens tidak terbukti
memicu timbulnya hipertensi kehamilan atau perdarahan antepartum yang merupakan
efek berbahaya bagi ibu. Selain itu, penggunaan progestogen juga tidak terbukti
menimbulkan kelainan kongenital. Sebaiknya dilakukan penelitian dengan jumlah
lebih besar untuk memperkuat kesimpulan.
4. hCG
(human chorionic gonadotropin)
hCG
diproduksi plasenta dan diketahui bermanfaat dalam mempertahankan kehamilan. Karena
itu, hCG digunakan pada abortus imminens untuk mempertahankan
kehamilan. Namun, hasil tiga
penelitian yang melibatkan 312 partisipan menyatakan
tidak ada cukup bukti tentang
efektivitas penggunaan hCG pada abortus imminens
untuk mempertahankan kehamilan.
Meskipun tidak terdapat laporan efek samping
penggunaan hCG pada ibu dan bayi,
diperlukan penelitian lanjutan yang lebih berkualitas
tentang pengaruh hCG pada keguguran.7
5. Antibiotik
hanya jika ada tanda Infeksi
Penelitian
retrospektif pada 23 wanita dengan abortus imminens pada usia awal
trimester kehamilan, mendapatkan 15
orang (65%) memiliki flora abnormal vagina. Tujuh
dari 16 orang mendapatkan amoksisilin
ditambah klindamisin dan tiga dari
tujuh
wanita tersebut mengalami perbaikan,
tidak
mengalami nyeri abdomen dan perdarahan
vaginal tanpa kambuh. Disimpulkan bahwa antibiotik dapat digunakan sebagai
terapi dan tidak manimbulkan anomali bayi.
6. Relaksan otot uterus
Buphenine
hydrochloride merupakan
vasodilator yang juga digunakan sebagai relaksan otot uterus, pada
penelitian RCT menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan
penggunaan plasebo, namun metode penelitian ini tidak jelas, dan tidak
ada penelitian lain yang mendukung pemberian tokolisis pada awal
terjadinya abortus imminens.1 Cochrane Library menyebutkan
tidak ada cukup bukti yang menunjukkan
efektivitas penggunaan relaksan otot uterus dalam mencegah abortus imminens.
7. Profi laksis Rh (rhesus)
Konsensus
menyarankan pemberian imunoglobulin anti-D pada kasus perdarahan setelah
12 minggu kehamilan atau kasus dengan perdarahan gejala berat mendekati
12 minggu.
PROGNOSIS
Abortus
imminens merupakan salah satu faktor risiko keguguran, kelahiran prematur, BBLR,
perdarahan antepartum, KPD dan kematian perinatal. Namun, tidak ditemukan kenaikan
risiko bayi lahir cacat. Macam dan lamanya perdarahan menentukan prognosis kehamilan.
Prognosis menjadi kurang baik bila perdarahan berlangsung lama, nyeri perut yang
disertai pendataran serta pembukaan serviks.
Langganan:
Postingan (Atom)